Makalah Filsafat
HAKIKAT BIOLOGI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI
oleh : Khairiah Ata (8106173030)
Mahasiswa Pascasarjana Unimed Medan-2011
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
NOS (Nature of Science) adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan ilmu yang bersifat natural (alam), biasanya telah digunakan untuk merujuk pada epistemologi ilmu, ilmu sebagai cara mengetahui, atau nilai-nilai dan keyakinan yang melekat dengan perkembangan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu yang besar, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Pengetahuan adalah persepsi subyek (manusia) atas berbagai obyek yang ada di alam semesta tanpa penyelidikan lebih lanjut. Pengetahuan hanya terbatas pada apa yang diketahui saja. Kebenaran dari pengetahuan perlu dipertanyakan kembali.
Ilmu merupakan pengetahuan yang kita pelajari sejak mulai bangku sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Ilmu pengetahuan adalah serangkaian pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penyelidikan, pengalaman (empiris) dan percobaan (eksperimen) yang didukung oleh bukti nyata serta dapat dipertanggung jawabkan secara rasional. Ilmu pengetahuan membatasi diri hanya kepada kejadian yang bersifat empiris. Jadi, terlihat jelas perbedaan antara pengetahuan (knowledge) dengan ilmu pengetahuan (science).
Perkembangan ilmu pengetahuan merupakan salah satu prestasi besar dari pikiran manusia. Tanpa pengetahuan tentang perkembangan atau pertumbuhan ilmu adalah sukar untuk mengerti sejarah modern dewasa ini. Kesemua hal ini merupakan kemajuan dari proses berpikir manusia yang berhubungan dengan filsafat. Sehingga pada masa sekarang kita mengenal adanya filsafat ilmu pengetahuan.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat biologi dan pendidikan biologi dalam kerangka NOS (Nature of Science).
1.2 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Biologi dan Bioetika.
2. Memahami hakikat biologi dan pendidikan biologi dalam kerangka NOS (Nature of Science).
1.3 Manfaat Penulisan Makalah
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah ;
1. Sebagai bahan informasi bagi penulis dan pembaca tentang hakikat biologi dan pendidikan biologi dalam kerangka NOS (Nature of Science).
2. Sebagai informasi tambahan dalam mata kuliah filsafat biologi dan bioetika.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Biologi
2.1.1 Pengertian Biologi
Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “bios” yang artinya hidup dan “logos” yang artinya ilmu. Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan.
Objek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi, ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi, mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya.
2.1.2 Biologi Dalam perspektif Ilmu
Pada dasarnya cabang-cabang ilmu berkembang dari dua cara utama yakni filsafat alam yang kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural sciences) dan filsafat moral yang kemudian berkembang menjadi ilmu-ilmu social (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi diri kepada kedua kelompok lagi yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam bertujuan mempelajari zat yang membentuk alam semesta yang terbagi lagi menjadi fisika (mempelajari massa dan energy), kimia (mempelajari substansi zat), astronomi (mempelajari benda-benda langit), dan ilmu bumi.
Aristoletes (384-322 SM) adalah seorang ilmuwan dan filosof Yunani yang dipercayai sebagai perintis ilmu biologi. Ia telah mempelajari tentang 500 jenis hewan dengan sistem klasifikasinya, hal ini memberi pengaruh yang besar pada pemikiran dalam perkembangan ilmu-ilmu biologi (Salam, 1997).
Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran sekolah dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan makalah dibuat setiap tahun dalam susunan luas jurnal biologi dan kedokteran. Hal ini juga mendukung perkembangan ilmu pendidikan biologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal.
Biologi menduduki posisi sangat strategis dan mempunyai kedudukan unik
dalam struktur keilmuan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam atau natural
science, biologi mempunyai kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam
sains, yaitu mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip- teori (produk sains), cara kerja atau metode ilmiah (proses sains), dan di dalamnya terkandung sejumlah nilai dan sikap. Sebagai bagian dari ilmu-ilmu yang mempelajari manusia, biologi berbeda dari sosiologi atau psikologi. Biologi mempelajari struktur-fisiologi dan genetika manusia. Sosiologi mempelajari aspek
hubungan sosial antar manusia, sedangkan psikologi aspek perilaku dan kejiwaan
manusia.
2.2 Pendidikan Biologi
2.2.1 Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan berasal dari bahasa Yunani, Paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar seorang pelayan. Sedangkan pelayan yang mengantar dan menjemput disebut paedagogos. Dalam bahasa Romawi, pendidikan diistilahkan dengan educate yang berarti mengeluarkan sesuatu sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa Inggris, pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual (Suwarno, 2006).
Pendidikan pada hakikatnya adalah proses memanusiakan manusia muda
(Hartoko, 1985; Dryarkara, 2006). Melalui pendidikan banyak aspek diharapkan
akan dapat dicapai. Proses pendidikan merupakan proses aktif, yang dilakukan
oleh peserta pendidikan dengan kesadaran untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab penuh terhadap dirinya dan terhadap masyarakat. Secara
gamblang Dyarkara mendefinisikan mendidikan sebagai pertolongan atau pengaruh yang diberikan oleh oranga yang bertanggung jawab kepada anak suaya anak menjadi dewasa. Dalam pendidikan terjadi hidup bersama dalam kesatuan yang memungkinkan terjadi pemanusiaan anak. Dengan pendidikan terjadi pelaksanaan nilai-nilai dan manusia berproses untuk akhirnya bisa membudaya (melaksanakan) sendiri sebagai manusia purnawan (Dryarkara, 2006).
2.2.2 Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
2.2.2 Pendidikan Sebagai Disiplin Ilmu
Para ahli memberikan beragam pengertian ilmu pendidikan. Carter V. Good (1985) dalam Suwarno (2006) berpendapat bahwa ilmu pendidikan adalah suatu bangunan pengetahuan sistematis yang mencakup aspek-aspek kuantitatif dan objektif dari proses belajar, dan juga menggunakan insrumen secara seksama dalam mengajukan hipotetis-hipotesis pendidikan untuk diuji berdasarkan pengalaman yang sering kali dalam bentuk eksperimen.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas fenomena pendidikan dalam perspektif luas dan integrative. Dalam perspektif luas, pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. Dalam arti integrative, pendidikan dikaji secara historis, sosiologis, psikologis, dan filosofis. Upaya pendidikan mencakup seluruh aktivitas pendidikan, sekaligus pemikiran sistematisnya.
Ilmu pendidikan diarahkan kepada perbuatan mendidik yang mempunyai tujuan, dan tujuan itu ditentukan oleh nilai normative yang dijunjung tinggi oleh seseorang.
2.2.3 Substansi Pendidikan dan Biologi
2.2.3 Substansi Pendidikan dan Biologi
Dalam mempertahankan hidupnya di alam, manusia pada awalnya sangat
bergantung pada lingkungan. Manusia mengambil semua keperluan hidupnya dari
lingkungan di sekitarnya. Apabila lingkungan setempat sudah tidak mendukung
keperluannya, manusia mulai berpindah membuka tempat baru. Selanjutnya manusia mulai memanfaatkan lingkungannya.
Manusia mencoba bercocok tanam dan beternak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan manusia mulai mengawetkan bahan-bahan makanan yang berlebih untuk disimpan sebagai cadangan makanan dan digunakan apabila diperlukan., atau mengadakan tukar menukar bahan makanan tersebut sehingga manusia dapat menikmati bahan olahan dengan sesamanya. Setelah memberdayakan lingkungan, manusia mulai mengubah lingkungan untuk kebutuhannnya sendiri. Manusia mulai membawa taman ke dalam rumahnya, atau bahkan membawa ”hutan kecil” di lingkungan kediamannya. Manusia mulai melupakan hubungannya dengan alam atau lingkungan. Manusia memandang dirinya terpisah dari lingkungannya. Manusia lupa dengan daya dukung alam atau lingkungan. Dengan bercocok tanam satu jenis tanaman tertentu, manusia mulai mengubah ligkungan menjadi homogen. Oleh karena hama mulai menyerang tanaman produksi, manusia mulai menggunakan pestisida untuk memberantasnya. Manusia memasukkan ”zat & energi” ke dalam ekosistem alami. Manusia mulai mengganggu lingkungan dan ekosistem alami dengan produk-produk buatan manusia berupa pupuk buatan, insektisida, pestisida dan banyak lagi bahan lainnya. Mulai terjadi ketidakseimbangan dan manusia juga yang mengalaminya. Longsor, banjir, kekeringan terjadi di mana-mana. Akibatnya lingkungan manusia tidak lagi memberikan kenyamanan, karena ulah manusia yang mengubah lingkungan.
Pendidikan biologi mestinya memberikan andil dalam perkembangan biologi dari waktu ke waktu. Pengenalan berbagai organisme yang berguna diperlukan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Karena yang dikenal manusia banyak, pengetahuan tersebut perlu dikelompokkan sehingga berkembang taksonomi dan sistematik. Selanjutnya manusia mempelajari biofungsi, bioperkembangan, dan bioteknologi. Manusia memperoleh banyak manfaat dari semua itu, tetapi pendidikan biologi perlu membekali biomanajamen dan bioetika agar penerapan pengetahuan di lingkungannya membawa arah pemberdayaan berkelanjutan. Seyogianya pendidikan biologi memberi siswa bekal keterampilan, pengetahuan dan persepsi yang dilandasi kesadaran akan pentingnya etika dalam mengolah bahan di lingkungannya. Manusia hendaknya menjadi pemelihara keanekaragaman dan fungsi lingkungan agar manusia tetap dapat mengambil manfaat dari keanekaragaman dan lingkungan tetap dapat mendukung kehidupan manusia pada masa kini, maupun pada masa yang akan datang. Jadi dari semua itu sebenarnya pendidikan biologi atau bioedukasi yang perlu berperan agar lingkungan dan alam tetap bersahabat dengan manusia.
Jadi pendidikan biologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik pada instusi pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan untuk pengajaran Biologi perlu dan dapat dimuati unsure pembentukan karakter melalui pengembangan sikap ilmiah (scientific attitude). Beberapa jenis sikap ilmiah yang dapat dikembangkan melalui pengajaran sains antara lain meliputi: curiosity (sikap ingin tahu), respect for evidence (sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti), flexibility (sikap luwes terhadap gagasan baru), critical reflection (sikap merenung secara kritis), sensitivity to living things and environment (sikap peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan). Cara pengajaran dapat diintegrasikan dengan penyisipan dan penanaman nilai-nilai sains di dalamnya. Nilai-nilai yang dimaksud antara lain adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai religius, nilai sosial-ekonomi, dan nilai pendidikan.
2.2.4 Tujuan Pendidikan Biologi
Tujuan pendidikan biologi dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Menumbuhkan kebiasaan membaca literasi ilmiah dan bahasa
Rendahnya pengetahuan dan penguasaan ilmu dipengaruhi oleh kebiasaan membaca dan menguasai bahasa. Habits of reading dan habits of mind memberikan kontribusi penting dalam pengembangan diri dan pengembangan ilmu selanjutnya. Dalam pendidikan di Jepang dan kini sedang disebarluaskan di Indonesia di sekolahsekolah menengah pertama di tiga daerah (Sumedang, Bantul, Pasuruan) guruguru saling belajar melalui observasi pada lesson study. Melalui observasi pada saat lesson study, guru-guru pengamat belajar bagaimana rencana pembelajaran yang dirancang bersama diimplementasikan, bagaimana siswa belajar berdasarkan rancangan bersama, dan bersama-sama pula mereka melakukan refleksi member masukan untuk menyempurnakannya. Terbentuknya masyarakat belajar (learning society) merupakan salah satu tujuan diadakannya lesson study.
b) Menumbuhkan kebiasaan untuk berpikir kritis dan ilmiah
Pembelajaran biologi bisa memotivasi generasi muda untuk berpikir kritis dan memaksimalkan fungsi otak untuk memahami ilmu yang dipelajari.
c) Menumbuhkan sikap ilmiah dan kerja ilmiah
Dari sejumlah sikap ilmiah yang dikemukakannya beberapa sikap sangat penting untuk pembentukan karakter anak bangsa. Sikap yang dimaksud adalah kemelitan (curiosity), sikap untuk senantiasa mendahulukan bukti (respect for evidence), luwes terhadap gagasan baru (fllexibility), merenung secara kritis (critical reflection), dan yang paling penting adalah peka/ peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan (sensitivity to living things and environment). Sikap ilmiah tersebut dikembangkan melalui pembelajaran sains pada pendidikan dasar dan menengah. Di tingkat pendidikan tinggi khususnya di jurusan-jurusan life sciences sikap ilmiah sangat potensial untuk membekali pengembangan karakter mereka.
d) Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
Selain sikap ilmiah yang telah dibahas di atas, pada setiap kurikulum sains sikap mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa menjadi rujukan perumusan tujuan atau kompetensi. Dengan kata lain selain sikap ilmiah, diharapkan dikembangkan juga pengembangan nilai-nilai dalam pembelajaran sains, baik berupa nilai religius, nilai praktis (manfaat), maupun nilai intelektual.
e) Pendidikan biologi sebagai bekal hidup
Tidak kalah pentingnya adalah penggunaan pengetahuan dan pandangan biologi dalam mempersiapkan generasi yang akan datang. Pengetahuan tentang gizi, perkembangan janin dalam rahim, replikasi DNA beserta kerusakan dan perbaikannya, sintesis protein dan masih banyak lagi yang lainnya diperlukan untuk mendidik manusia yang bermoral atau beretika dan saleh. Rekayasa genetic dan bioteknologi yang menurut Callahan (dalam Shanon, 1985; dalam Rustaman, ) termasuk teknologi perbaikan perlu didampingi dengan bioetika. Biologi sering dianggap kurang mengembangkan proses berpikir. Temuan dalam biologi masih belum banyak diterapkan dalam dunia pendidikan. Penerapan bioetika dalam pendidikan sains sudah merupakan suatu keharusan sebagaimana dikemukakan oleh Capra (dalam Rustaman, 2002).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Biologi menduduki posisi sangat strategis dan mempunyai kedudukan unik
dalam struktur keilmuan. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan alam atau natural science, biologi mempunyai kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam sains, yaitu mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip- teori (produk sains), cara kerja atau metode ilmiah (proses sains), dan di dalamnya terkandung sejumlah nilai dan sikap.
Ilmu pendidikan adalah ilmu yang membahas fenomena pendidikan dalam perspektif luas dan integrative. Dalam perspektif luas, pendidikan merupakan upaya memanusiakan manusia agar menjadi manusia yang sebenar-benarnya manusia. Dalam arti integrative, pendidikan dikaji secara historis, sosiologis, psikologis, dan filosofis. Upaya pendidikan mencakup seluruh aktivitas pendidikan, sekaligus pemikiran sistematisnya.
3.2 Saran
Perlu pengkajian lebih lanjut tentang substansi pendidikan dan biologi sehingga pembelajaran biologi dapat berlangsung dengan baik. Disarankan kepada para orangtua memiliki peran yang sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang. Ada yang menyebutkan "lost generation" karena memperhatikan kondisi generasi muda dalam keluarga yang kurang beruntung dalam memperoleh kesempatan pemerataan pendidikan. Mereka tidak dapat memperoleh pendidikan yang layak, bahkan mereka terpaksa harus meminta-minta untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan orangtuanya tanpa dapat memilih. Jadi bukan rekayasa genetik saja yang patut diwaspadai dalam mempersiapkan generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khalick, Fouad Abd., Randy L. Bell, dkk. 1998. Journal: The Nature of Science and Instructional Practice: Making The Unnatural Natural. John Wiley & Sons, Inc. Sci Ed 82: 417-436, 1998.
McComas, W. F. 1998. The Principal Elements of The Nature of Science: Dispelling The Myths. Adapted from the chapter The Nature of Science in Science Education, 53-70. Kluwer Academic Publishers, 1998.
Rustaman, N.Y. 2006. Literasi Sains Anak Indonesia 2000 & 2003. Makalah
disajikan dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Peniliaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional..
Rustaman, N. Y. Tanpa tahun. Pendidikan Biologi dan Trend Penelitiannya. FPMIPA UPI.
Salam, B. 1997. Logika Materiil: Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Suriasumantri, J. S. 2005. Filsafat Ilmu: Sebuah pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar harapan.
Suwarno, W. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan Anda berkomentar dengan bahasa yang sopan.